Chapter 0 - Prolog
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
***
TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!
HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.
JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.
JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!
***
Ibuku telah tiada. Katanya, itu disebabkan oleh kecelakaan kereta kuda.
Saat aku mendengar berita itu, aku pingsan karena
terkejut. Tidak mungkin. Apa maksudnya ‘karena kecelakaan kereta kuda’?
Seketika, ada yang menarik tubuhku ke atas saat pinggulku
menempel di lantai marmer yang dingin.
"Lantainya dingin. Tenanglah dan ikuti aku,
Kak."
Aku terkejut ketika napasnya menyentuh bagian belakang
leherku yang terbuka. Alexander meraih lenganku tanpa ragu, seolah dia tidak
peduli. Dia bertingkah lebih dewasa dariku, padahal dia tiga tahun lebih muda
dariku.
Dia membawaku ke sebuah sofa beludru yang lembut,
menutupiku dengan selimut, dan menuangkan segelas w*ski yang kuat. Aku menatap kosong ke arah Alexander yang
bergerak dengan anggun seperti seekor kucing. Kemudian dia menoleh ke arahku
dan menunduk seolah-olah tahu bahwa sejak tadi aku melihat ke arahnya.
"Minumlah. Kamu akan merasa lebih baik."
Alexander mengulurkan gelas bening yang berisi cairan
berwarna amber. Tangan pucat itu sedikit gemetar.
"...Terima kasih."
Aku menerima gelas itu tanpa ragu-ragu. Seperti yang dia
katakan, saat aku meneguk w*ski itu, seluruh tubuhku memanas dan mataku terbuka
lebar. Sedikit pusing, aku meletakkan tanganku di dahiku dan memiringkan
kepalaku.
"Mungkin—"
Aku bergumam kecil. Ibuku sudah tiada. Padahal semalam,
aku melihat ibuku yang sangat bersemangat menantikan bulan madunya. Kini, dia
sudah tiada di dunia ini. Aku tidak bisa mempercayai semua ini.
"...Kita harus mengadakan pemakaman."
Alexander yang duduk di lengan sofa, menyembunyikan
tangannya yang gemetar. Dia terlihat baik-baik saja, tapi pasti dia juga
terkejut. Duke Arpad yang ditemukan masih bernapas segera dilarikan ke Rumah
Sakit dan menjalani operasi, tapi pada akhirnya dia juga meninggal karena
pendarahan.
"Kamu pasti sangat lelah, jadi naik dan istirahatlah.
Aku yang akan mengurusnya."
Suara Alexander terdengar serak. Aku menatapnya dan
menggelengkan kepalaku.
"Tidak, aku juga... Aku juga ikut. Kalau ada yang bisa kulakukan—"
"Tidak apa-apa."
Alexander tetap bersikeras. Sebelum mata kami bertemu,
dia sudah melangkah dan membuka pintu ruangan. Aku dipaksa untuk meninggalkan ruangan.
Bahkan jika aku tetap keras kepala dan terus berada di sana, aku hanya akan
mendapatkan pandangan jelek dari orang-orang.
Aku menghela napas dan bersandar di pintu yang tertutup
rapat. Begitu tamu yang tak diundang (aku) pergi, percakapan kembali terdengar.
Tentu saja, bagi orang-orang di Kediaman Arpad, aku hanyalah orang luar.
Saat sampai di kamar, aku melihat sekeliling kamar yang gelap.
Baru sebulan lebih, aku tinggal di kediaman yang besar ini.
Aku tidak nyaman berada di tempat ini, sama seperti
tempat-tempat lainnya yang pernah aku tempati bersama ibuku. Aku selalu menahan
rasa ketidaknyamanan itu. Karena ibuku merasa senang. Karena dia bahagia.
Tapi sekarang ibuku sudah tiada di dunia ini. Jadi Kediaman
Duke Arpad bukan lagi tempatku. Aku harus bersiap-siap untuk pergi.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment